Wednesday, March 20, 2013

Niat dan Kewajiban Menuntut Ilmu


Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).
            Dari hadits tersebut yang dapat kita ambil pelajarannya adalah setiap perbuatan akan diberi ganjaran berdasarkan niatnya. Misalkan kita datang mentoring hanya untuk melengkapi absen atau hanya ikut-ikut teman, nah makan yang diperoleh hanya absen yang penuh atau hanya disukai teman saja. Kita tidak akan mendapat lebih dari itu. Sama halnya jika kita membeli kue hanya ingin mendapatkan  bungkus kue yang bagus, ya yang kita dapatkan hanya bungkusnya saja, namun berbeda jika membeli kue ingin menikmati rasa kue itu, tentu kita akan mendapatkan bungkus kue yang bagus juga.
            Inilah pentingnya kita meluruskan niat, niatkanlah sesuatu itu lebih dari apa yang kita lihat, maka insya Allah kita akan mendapatkan lebih dari apa yang kita lihat. Kita luruskan niat, datang mentoring untuk mendapatkan ridho dari Allah dan mendapatkan ilmu. Jadi, apa-apa yang dapat mengganggu kita dari kekhusyu’an kita, diamankan sejenak. Sepakat yah?

           
Kewajiban Menuntut Ilmu
            Apa sih ilmu itu? Kenapa kita harus menuntut ilmu?
            Ilmu adalah pengetahuan. Berasal dari kata ‘alama, yang berarti mengetahui, dalam bentuk kata benda menjadi ‘ilmin yang berarti pengetahuan. So, kenapa kita harus menuntut ilmu?
            “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 162)
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadillah: 11)
Nah, menuntut ilmu amatlah penting, oleh karena itu ada adab-adab untuk menuntut ilmu. Adab-adab menuntut ilmu ada beberapa yaitu:
1.      Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlaq dan keburukan sifat.  Karena ilmu adalah ibadahnya hati, sholatnya jiwa, dan peribadatan batin kepada Allah.
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. " (asy-Syams: 7-10)
2.      Mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia karena kesibukan dunia itu dapat menyibukkan dan memalingkan.
“Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu menyerahkan kepadanya seluruh jiwamu. Jika kamu telah memberikan selurah jiwamu kepadanya tetapi ia baru memberikan sebagiannya kepadamu maka kamu berarti dalam bahaya.”

3.      Tidak bersikap sombong terhadap orang yang memberi ilmu.
            “Ilmu enggan terhadap pemuda yang congkak. Seperti banjir enggan terhadap tempat yang tinggi.”
            Ilmu tidak bisa didapat kecuali dengan tawadhu' dan menggunakan pendengaran (berkonsentrasi). Allah berfirman, "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (Qaaf: 37)
Arti "mempunyai akal" ialah menerima ilmu dengan Mam, kemudian kemampuan memahami itu tidak akan bisa membantunya sebelum ia "menggunakan pendengarannya sedang ia menyaksikan" dengan hati yang sepenuhnya hadir untuk menerima setiap hal yang disampaikan kepadanya dengan konsentrasi yang baik, tawadhu', syukur, memberi dan menerima karunia.

No comments: